Exercise is medicine |
Hipertensi
masih sangat tinggi di tengah-tengah masyarakat karena pola hidup yang dijalani
tidak sehat. Penyakit ini mempunyai beberapa faktor risiko yaitu yang dapat
diubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah lebih kepada
kehidupan sehari-hari dari pasien sendiri, antara lain merokok, aktifitas fisik
dan olahraga yang kurang, penggunaan dan konsumsi garam yang berlebih, konsumsi
alkohol dan kafein serta keadaan stress. Sedangkan faktor yang tidak dapat
diubah seperti gen, jenis kelamin, usia dan ras. Kurangnya kesadaran akan
pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala juga mendorong kejadian
hipertensi yang tidak terkontrol pada masyarakat. Pada banyak kasus, seorang
penderita akan datang ke layanan kesehatan ketika sudah terdapat gejala yang
jelas dan cukup kuat untuk mendorongnya datang ke layanan kesehatan akibat
hipertensi tersebut. Dari hal tersebut, maka banyak ditemukan kasus hipertensi
yang sudah kronis karena sudah sekian lama tidak diketahui dan diobati. Selain
hal tersebut jika pasien sudah diketahui mengidap hipertensi dan sudah
diberikan pengobatan namun masih banyak pula penderita yang tidak terkontrol
akibat tidak rutinnya meminum obat dan mengontrol tekanan darahnya.
Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa diet nutrisi atau makanan sehari-hari dan
diimbangi dengan olahraga yang tepat akan mencegah bahkan mengobati penyakit
hipertensi. Namun, di Indonesia sendiri hal tersebut masih sangat awam di
masyarakat sehingga informasi yang diperoleh juga sangat kurang. Diberbagai
layanan kesehatan sekarang berlomba-lomba mensosialisasikan pentingnya menjaga
diet nutrisi yang baik dan benar serta anjuran untuk seringnya berolahraga demi
menciptakan tubuh yang sehat guna mencegah berbagai penyakit tidak menular dan
khususnya penyakit hipertensi.
Kurangnya
aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan
risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
Olahraga
memiliki arti yang penting dalam memelihara kesehatan dan sebagai suatu upaya
untuk menyembuhkan tubuh yang sakit. Olahraga dan aktifitas fisik adalah suatu
cara untuk mencegah atau mengontrol hipertensi. Olahraga yang dimaksud harus
sesuai dengan takaran peresepannya yaitu mencakup frekuensi, intensitas, waktu,
dan jenis olahraganya. Dengan berolahraga akan meningkatkan HDL yang mampu
menghancurkan plak-plak di endotel, melatih elastisitas pembuluh darah,
metabolisme meningkat yang diikuti peningkatan pembakaran lemak sehingga
menurunkan kadar atherosklerosis (ATH), dan membuka pembuluh darah yang
tertutup sehingga aliran darah merata. Kita tidak membutuhkan banyak upaya
untuk menjadi aktif secara fisik. Target aktivitas fisis yang disarankan
minimal 30 menit/hari, dilakukan minimal 3 hari dalam seminggu. Contoh
aktifitas sehari – hari yang dapat dilakukan adalah berjalan cepat, bersepeda,
menyapu halaman, dan berkebun.
Definisi
Hipertensi
adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Vitahealth, 2006). Hipertensi juga disebut sebagai pembunuh
gelap karena tanpa disertai dengan gejala-gejala sebagai tanda terjadinya
hipertensi ini. Walaupun telah muncul gejala, biasanya gejala tersebut dianggap
sebagai gejala yang tidak berbahaya sehingga pasien terlambat untuk melakukan
penanganan.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam hipertensi
Dalam
kejadian kasus hipertensi banyak hal yang perlu diperhatikan terutama dalam hal
yang terkait dengan faktor penyebab dan faktor risiko. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi hipertensi antara lain umur, jenis kelamin, obesitas, kebiasaan
merokok, kebiasaan olahraga, pola makan, alkohol, stress, dan lain-lain (Depkes
RI, 2006). Pertambahan umur menyebabkan elastisitas arteri berkurang, arteri
tidak lagi lentur sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang
lancar. Akibatnya, jantung memompa darah lebih kuat dan tekanan darah meningkat
(Dewi, 2010). Hal tersebut terkait dengan kondisi penderita yang mencakup pola
hidup berupa tingkat olahraga dan aktifitas fisik, serta pola makan/gizi.
Olahraga yang dimaksud harus memiliki takaran yang sesuai dengan peresepannya
yang mencakup frekuensi, intensitas, waktu dan jenis olahraganya. Jika hal ini
dilaksanakan akan membantu menguatkan otot jantung, disamping bermanfaat untuk
mengontrol tekanan darah dan frekuensi nadi. Apabila olahraga yang dilaksanakan
tidak memenuhi takaran akan tidak atau kurang bermanfaat dalam menurunkan
tekanan darah dan frekuensi nadi sampai batas yang diinginkan.
Pola
makan terutama untuk konsumsi garam yang cukup tinggi, kolesterol dan lemak
juga akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit hipertensi. Pada orang-orang
yang tidak menjaga asupan sehari-harinya akan berpengaruh pada peningkatan
indeks massa tubuh (IMT), hal tersebut akan menjadikan seseorang memiliki berat
badan yang berlebih yang justru akan meningkatkan faktor risiko terjadinya
hipertensi. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan sehingga volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah meningkat dan memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Sebaiknya penderita dapat mencegah dan menurunkan hipertensi dengan
diet rendah garam, rendah kolesterol dan lemak, diet rendah kalori serta diet
tinggi serat.
Olahraga
dan aktifitas fisik juga sangat penting untuk diperhatikan dalam kasus
hipertensi karena olahraga yang
dilakukan secara rutin serta aktifitas fisik yang sering dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Olahraga teratur dapat menurunkan faktor risiko
kejadian hipertensi dengan mempengaruhi faktor risiko lain seperti, menurunkan
berat badan akibat obesitas, membakar lebih banyak lemak di dalam darah
sehingga akan memperlancar aliran darah yang ada di arteri dan memperkuat
otot-otot jantung.
Phillips
dan Jonas mengklasifikasikan dan memberi rekomendasi management apakah pasien
membutuhkan modifikasi lifestyle atau
tidak berdasarkan tingkatan hipertensi :
Klasifikasi Tekanan Darah
|
TDS mmHg
|
TDD mmHg
|
Lifestyle Modification
|
Normal
|
<
120
|
Dan
< 80
|
Dianjurkan
|
Prehipertensi
|
120
– 139
|
Atau
80 – 90
|
Ya
|
Hipertensi
stage 1
|
140
– 159
|
Atau
90 – 99
|
Ya
|
Hipertensi
stage 2
|
≥
160
|
Atau
≥ 100
|
Ya
|
Dikutip
dari Phillips, E.M., Jonas, S, 2009, ACSM’s Exercise is Medicine
Rekomendasi
olahraga bagi penderita hipertensi
Olahraga
merupakan suatu aktivitas yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan dan
mempertahankan daya tahan tubuh. Terdapat berbagai macam jenis olahraga yang
dapat dilakukan, dari olahraga yang ringan, sedang hingga berat. Olahraga fisik
memiliki 4 komponen dasar yaitu kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas
dan daya tahan kardiorespi (Syatria, A. 2006). Olahraga kardio/jantung/aerobik
akan bermanfaat pada ketahanan daya tahan jantung, paru, peredaran darah,
otot-otot dan sendi-sendi. Oleh karena itu, olahraga aerobik dapat disarankan
untuk penderita hipertensi karena olahraga aerobik dapat menurunkan tekanan
sistolik dan tekanan diastolik pada pasien. Dalam Sharman, J.E., Stowasser, M.,
2009 disebutkan bahwa studi olahraga aerobik menunjukkan hasil bahwa olahraga
memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dalam menjaga perkembangan dari
hipertensi pada pria. Olahraga aerobik juga menimbulkan efek seperti obat beta
blocker yang dapat meredam dan menenangkan sistem saraf simpatikus dan
melambatkan denyut jantung. Jenis olahraga yang efektif dalam menurunkan
tekanan darah adalah olahraga dengan intensitas sedang (70-80%), dengan
frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dalam rentang waktu 20-60 menit sekali
latihan. Selain olahraga aerobik, olahraga kekuatan otot (resistance axercise) juga dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan
darah. Olahraga ini dapat dikombinasikan dengan olahraga aerobik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengobatan. Adapun rekomendasi olahraga
menurut Sharman, J.E., Stowasser, M., 2009 untuk penderita hipertensi
berdasarkan FITT (Frekuensi, Intensitas, Time (waktu), Tipe ) sebagai berikut :
Tipe
Olahraga
|
Intensitas
|
Time
(waktu)
|
Frekuensi
|
Aerobik (endurance)
Berjalan
Jogging
|
Sedang
: 40-60% HHR atau 12-13 RPE
Atau
Berat
: 60-84% HHR atau 14-16 RPE
|
30
menit
20
menit
|
5
hari/minggu
3
hari/minggu
|
Resistensi (peregangan) otot
Latihan beban secara progresif menggunakan
otot-otot utama
Latihan anak tangga
|
8-12
kali repetisi
|
1
set
8-10
kali latihan
|
2
hari atau lebih/minggu dengan hari yang tidak berurutan
|
Olahraga
diatas akan sangat berpengaruh dalam status tekanan darah pada penderita,
karena dalam hal ini tekanan darah sangat memegang peranan penting dalam
penentuan olahraga yang dilakukan oleh penderita. Selain itu juga terdapat peresepan untuk latihan kekuatan otot
jantung atau latihan aerobik dan peresepan latihan resistensi bagi penderita
hipertensi, yaitu :
Tabel
Latihan Kardio Untuk Hipertensi
Frekuensi
|
3 – 7 hari per minggu
|
Intensitas
|
Intensitas
sedang, 64 – 76 % HRmax
Skor 12-13 skala Borg Rating of Percieved Exertion (RPE)
dengan rentang skor 6-20; dan skor 3-4 pada skala dengan rentang skor 1-10.
RPE digunakan untuk memantau intensitas latihan karena respon hemodinamik
terhadap latihan dapat berubah akibat obat anti-hipertensi.
|
Time (durasi)
|
30-60 menit secara terus-menerus per
hari atau intermiten
|
Type (jenis)
|
Latihan aerobik
|
Table
Latihan Resistensi Untuk Hipertensi
Frekuensi
|
2-3 hari per minggu
|
Intensitas
|
Intensitas
sedang, 60-80% 1RM
15-20 repetisi
|
Time (durasi)
|
1-2 set tiap
latihan
8-10 latihan
|
Type (jenis)
|
Latihan yang berbeda
yang menargetkan pada kelompok otot utama. Hindari latihan isometric dan
menahan nafas (valsava maneuver) selama
latihan.
|
Selain
olahraga yang di rekomendasikan untuk penderita hipertensi, ada pula olahraga
dan aktifitas fisik yang tidak dianjurkan atau bahkan dilarang untuk penderita
hipertensi. Adapun beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan boleh
atau tidaknya seorang penderita hipertensi melakukan olahraga yang sudah
direkomendasikan menurut Prasetyo, Y., sebagai berikut :
-
Penderita hipertensi
dikontrol tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga
tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan diastolic tidak
melebihi 100 mmHg
-
Sebelum olahraga perlu
mendapatkan informasi mengenai penyebab hipertensinya.
-
Sebelum penderita
hipertensi latihan sebaikanya melakukan uji latih jantung terlebih dahulu
dengan beban (treadmill/ergometer)
agar dapat dinilai rekasi tekanan jantung dan aktifitas kelistrikan listiknya
(EKG).
-
Saat melakukan uji latih
sebaiknya obat yang sedang dikonsumsi tetap dikonsumsi.
-
Olahraga yang bersifat
kompetisi tidak diperbolehkan.
-
Olahraga peningkatan
kekuatan tidak diperbolehkan seperti angkat beban karena dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah secara mendadak.
Efek-efek
olahraga terhadap Hipertensi
Efek dari olahraga
dapat memengaruhi tekanan darah pada seseorang terutama pada penderita
hipertensi. Efek tersebut tidak secara langsung berpengaruh tetapi memengaruhi
dengan cara intervensi ke tubuh serta kondisi pasien. Menurut Hagberg. J M.,
Park. J., Brown. M D., 2000, efek-efek olahraga terhadap hipertensi sebagai
berikut :
1. Efek
terhadap tekanan sistolik dan diastolic
Latihan aerobik yang
sesuai rekomendasi untuk penderita hipertensi telah dibuktikan dalam menurunkan
tekanan darah yang meningkat. Latihan aerobik dapat menurunkan tekanan sistolik
pada pendertia hipertensi sebanyak 70% dari keseluruhan sampel sebesar 10.5
mmHg atau setara penurunan dari 154 mmHg menjadi 143 mmHg. Sedangkan untuk
penurunan tekanan diastolik pada 78% dari jumlah sampel sebesar 8,6 mmHg atau
setara dari 98 mmHg menjadi 89 mmHg.
2. Efek
pada jenis kelamin (Gender)
Jenis
kelamin antara pria dan wanita memiliki perbedaan terutama dalam produksi
hormon esterogen. Hormone esterogen lebih identik terdapat pada wanita, hal
tersebut ternyata berpengaruh pada kondisi tekanan darah seseorang yang juga
akan berubah ketika seseorang melakukan olahraga. Dalam penelitian disebutkan
bahwa wanita dengan peningkatan tekanan darah ketika melakukan olahraga secara
rutin dapat membantu menurunkan hipertensi yang diderita. Wanita dengan
olahraga tekanan diastoliknya menurun yaitu sekitar 10,5 mmHg daripada pada
pria yang hanya sekitar 7,8 mmHg (Hagberg. J M., Park. J., Brown. M D., 2000).
3. Efek
pada umur
Umur
ternyata juga dapat membantu olahraga untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Dalam penelitian disebutkan bahwa pada interval umur
41-60 tahun lebih mudah terjadi penurunan tekanan darah dibanding pada umur
yang lebih muda dengan rentang 21-40 tahun atau bahkan pada umur yang lebih
tua.
4. Efek
pada intensitas latihan olahraga
Intensitas
olahraga juga dapat memengaruhi penurunan tekanan darah, terbukti pada orang
yang melakukan olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang lebih efisien
menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan olahraga dengan intensitas tinggi.
Olahraga intensitas rendah hingga sedang atau
≤ 70% VO2max dapat menurunkan tekanan sistolik sekitar 50%
dibandingkan dengan intensitas tinggi atau ≥ 70% VO2max.
5. Efek
pada panjangnya waktu olahraga
Panjangnya
waktu olahraga juga akan berpengaruh dalam penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi, semakin sering seseorang penderita hipertensi melakukan
olahraga maka akan semakin cepat dan mudah pula penurunan tekanan darah. Dalam
penelitian disebutkan bahwa jumlah panjang waktu olahraga 20 minggu secara
rutin dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 11.1 mmHg dan tekanan diastolic
sebesar 9,1 mmHg dibandingkan dengan panjang waktu olahraga yang hanya
dilakukan 1-10 minggu secara rutin yang hanya sebesar 9,8 mmHg pada tekanan
sistolik dan 8,4 mmHg pada tekanan diastolic.
6. Efek
pada penurunan berat badan
Olahraga dapat membantu
menurunkan berat badan pada seseorang terutama pada penderita hipertensi. Hal
tersebut secara tidak langsung juga dapat menurunkan tekanan darah secra
signifikan. Pengaturan diet untuk menurunkan berat badan yang dikombinasikan
dengan olahraga secara teratur sesuai aturan dapat menurunkan tekanan sistolik
sebesar 12,5 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 7,9 mmHg.
Pembahasan
Hipertensi
adalah keadaan dimana terjadinya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Casey dkk dalam Aliffian, I. 2013).
Hipertensi termasuk dalam penyakit kronis degenerative dan penyakit tidak
menular (PTM). Menurut RISKESDAS, 2007 hipertensi memiliki prevalensi di
tingkat nasional sebesar 29,8% dan banyak terjadi pada penduduk yang berusia
> 18 tahun. Selain itu, hipertensi menjadi salah satu penyakit degenerative
ke 3 yang dapat membunuh orang dengan cepat setelah penyakit jantung koroner
dan stroke ( Allifian, I. 2013). Secara garis besar hipertensi mempunyai dua faktor,
yakni faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat
diubah lebih cenderung pada pola kehidupan sehari-hari dari pasien sendiri,
antara lain merokok, aktifitas fisik dan olahraga yang kurang, penggunaan dan
konsumsi garam yang berlebih, konsumsi alkohol dan kafein serta keadaan stress.
Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah antara lain gen, jenis kelamin, usia
dan ras.
Hipertensi atau yang sering disebut
dengan istilah the silent killer merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
diam-diam tanpa gejala dapat muncul dan berakibat fatal bagi penderitanya.
Hipertensi
merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak sekali faktor, terutama akibat
gaya hidup dan modernisasi. Pasien yang sudah didiagnosis hipertensi, harus
patuh menjalani terapi yang diberikan oleh dokter guna mencegah terjadinya
morbiditas lebih lanjut yang sangat mungkin terjadi seperti penyakit jantung,
stroke dan lain-lain yang bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.
Saat
ini dokter yang memberi terapi pada pasien dengan hipertensi hanya menekankan
pada terapi obat atau medikamentosa dan diet saja, jarang menyertakan exercise sebagai terapi tambahan. Atau
jika ada biasanya hanya sebatas edukasi melakukan aktivitas fisik secara
teratur tanpa menjelaskan atau meresepkan olahraga yang tepat bagi penderita
hipertensi. Padahal sudah banyak sekali referensi yang mengungkap tentang peran
olahraga sebagai obat hipertensi jika dilakukan dengan dosis yang tepat.
Terdapat
berbagai golongan obat untuk terapi hipertensi, diantaranya diuretik, beta
bloker, Ca-chanel bloker, dan lain-lain. Sedangkan untuk diet, perlu penanganan
khusus agar tekanan darah dapat terkendali. Pengaturan menu
bagi penderita yang didagnosis
hipertensi dapat dilakukan
dengan empat cara;
1. Diet
rendah garam, yang terdiri dari :
- Diet
ringan (konsumsi garam
3,75-7,5 gram per hari),
- Menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan
- Berat (kurang
dari 1,25 gram
per hari).
2. Diet
rendah kolesterol dan lemak terbatas.
3. Diet
tinggi serat
4. Diet
rendah energi (bagi yang kegemukan). (DEPKES, 2008)
Kedua
kombinasi terapi diatas dapat menjadi terapi yang baik untuk kondisi tekanan
darah tinggi dan akan menjadi sempurna dengan tambahan resep olahraga. Resep
olahraga yang direkomendasikan menurut Sharman, J.E., Stowasser, M., 2009 untuk
penderita hipertensi berdasarkan FITT (Frekuensi, Intensitas, Time (waktu),
Tipe ) adalah sebagai berikut:
Tipe
Olahraga
|
Intensitas
|
Time
(waktu)
|
Frekuensi
|
Aerobik (endurance)
Berjalan
Jogging
|
Sedang
: 40-60% HRR atau 12-13 RPE
Atau
Berat
: 60-84% HRR atau 14-16 RPE
|
30
menit
20
menit
|
5
hari/minggu
3
hari/minggu
|
Resistensi (peregangan) otot
Laihan beban secara progresif menggunakan
otot-otot utama
Latihan anak tangga
|
8-12
kali repetisi
|
1
set
8-10
kali latihan
|
2
hari atau lebih/minggu dengan hari yang tidak berurutan
|
Tabel
Latihan Kardio Untuk Hipertensi
Frekuensi
|
3 – 7 hari per minggu
|
Intensitas
|
Intensitas sedang, 64 – 76 % HRmax
Skor 12-13 skala Borg Rating of Percieved Exertion (RPE) dengan rentang skor 6-20;
dan skor 3-4 pada skala dengan rentang skor 1-10. RPE digunakan untuk
memantau intensitas latihan karena respon hemodinamik terhadap latihan dapat
berubah akibat obat anti-hipertensi.
|
Time (durasi)
|
30-60 menit secara terus-menerus per
hari atau intermiten
|
Type (jenis)
|
Latihan aerobik
|
Table
Latihan Resistensi Untuk Hipertensi
Frekuensi
|
2-3 hari per minggu
|
Intensitas
|
Intensitas
sedang, 60-80% 1RM
15-20 repetisi
|
Time (durasi)
|
1-2 set tiap
latihan
8-10 latihan
|
Type (jenis)
|
Latihan yang berbeda
yang menargetkan pada kelompok otot utama. Hindari latihan isometric dan
menahan nafas (valsava maneuver) selama
latihan.
|
Bryant Stamford, Ph.D. dalam penelitiannya
mengatakan bahwa olahraga endurance,
dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolic pada orang yang menderita
tekanan darah tinggi tingkat ringan. Olahraga aerobik memiliki efek layaknya
beta blocker yang bekerja menenangkan system saraf dan melambatkan denyut jantung.
Selain itu, olahraga juga dapat menurunkan jumlah produksi noradrenalin dan
hormon – hormon lain yang menjadi penyebab stres, yaitu yang menyebabkan
pembuluh darah kontriksi dan menaikkan tekanan darah.
Tujuan
latihan aerobik adalah agar kerja jantung lebih efisien. Jenis olahraga yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas
sedang yaitu denyut jantung 150 – 170 per menit. Intensitas sedang ini setara
dengan 70 – 80 % dari denyut nadi maksimal (Heart
Rate Maximal). Salah satu contohnya, jalan kaki cepat. Frekuensi latihannya
3 – 5 kali per minggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan. Latihan olahraga bisa menurunkan
tekanan darah karena latihan itu dapat meningkatkan elastisitas pembuluh –
pembuluh darah. Kemudian latihan olahraga ini dapat melemaskan pembuluh –
pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, hal ini dianalogikan dengan
melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihanolahraga juga dapat
menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan produksi hormon – hormon
tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi latihan olahraga tetap cukup aman.
Catatan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi berat, misalnya dengan
tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 180 mmHg dan atau tekanan darah
diastolic lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya tetap menggunakan obat – obatan
penurun tekanan darah dari dokter sebelum memulai program penurunan tekanan
darah dengan latihan olahraga dan perlu pengawasan ketika melakukan latihan.
Orang
yang tidak pernah melakukan olahraga menurut penelitian Ralph Paffenharger,
Ph.D., punya risiko mendapat tekanan darah tinggi 35 % lebih besar. Hasil
penelitian lain menyimpulkan orang yang tidak pernah berlatih olahraga
risikonya bahkan menjadi 1,5 kalinya.
Penelitian
dr. Duncan membuktikan, latihan atau olahraga seperti jalan kaki atau jogging,
yang dilakukan selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormon norepinefrin
(noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang dapat
menaikkan tekanan darah. Berat badan
yang berlebih juga merupakan faktor risiko kejadian dari tekanan darah tinggi
karena orang yang kegemukan akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah,
hormon, enzim, serta cenderung kurang melakukan aktivitas fisik dan makan
berlebihan. Terlalu banyak lemak dalam tubuh menyebabkan kebutuhan oksigen
lebih banyak daripada orang dengan berat badan normal, sehingga jantung harus
bekerja lebih keras.
Kondisi
penderita hipertensi secara medis berbeda dengan orang sehat. Untuk itu, perlu
olahraga yang juga dilakukan secara khusus. Latihan olahraga yang dilakukan
harus sesuai dengan peresepan FITT yang bertahap dan tidak memforsir atau
memaksakan kondisi tubuh. Gerakan dengan intensitas ringan dapat dilakukan
perlahan sesuai kemampuan.
Olahraga mempengaruhi penurunan
tekanan darah secara tidak langsung yaitu dengan cara intervensi pada tubuh dan
kondisi fisik pasien.
KESIMPULAN
Sama halnya dengan
penyebab dan faktor risikonya yang multifaktorial, pengobatan hipertensijuga
tidak dapat berdiri sendiri tanpa pendukung lain yakni mulai
dari diet yang perlu perhatian
khusus diantaranya mengurangi garam,
mengurangi makanan tinggi lemak,konsumsi obat teratur sesuai
dosis dan yang tidak kalah penting
adalah olahraga dengan resep yang tepat. Pada penderita hipertensi, faktor tingginya tekanan darah memegangperanan
penting di dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan
jenis olahraga yang tepat. Jenis olahraga yang efektif menurunkan
tekanan darah adalah olahraga
aerobik dengan intensitas
sedang (70-80%) dari denyut nadi
maksimal (220-usia).
Sesuai prinsip peresepan FITT, penderita hipertensi
sebaiknya melakukan olahraga dengan frekuensi (F) latihan 3-5 kali seminggu, dengan Intensitas (I) atau berat-ringannya latihan
fisik 60-70% x denyut nadi maksimal (220-usia), lama latihan (T) 20 -
60 menit sekali
latihan serta tipe (T) olahraga seperti aerobik (jalan kaki atau
jogging) atau resistensi. Hal ini akan mengurangi kadar hormon norepinefrin
(noradrenalin) dalam tubuh, yaitu zat
yang dikeluarkan sistem
saraf yang dapat menaikkan tekanan
darah.
DAFTAR PUSTAKA
Hiroh A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Hipertensi Pada Pasien Rawat
Jalan Di RSUD Kabupaten
Karanganyar (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012.
Anggara FHD, Prayitno N. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2013;5(1):20-25.
Muliyati H, Syam A, Sirajuddin S. Hubungan Pola
Konsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat
Jalan Di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Media Gizi Masyarakat
Indonesia 2011;1(1):46-51.
Moniaga V, Pangemanan DHC, Rempengan JJV. Pengaruh
Senam Bugar Lansia Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di BPLU Senja
Cerah Paniki Bawah. Jurnal e-Biomedik (eBM) 2013;1(2):785-789.
U.S Department Of Health And Human Services, Your Guide
To Lowering Blood Pressure, USA:
NIH Publication,
2003.
Hagberg JM, Park JJ, Brown MD. The Role of Exercise
Training In The Treatment Of
Hypertension An
Update. Adis International Limited 2000;30(3):193-206.
John E. Martin, PhD, Patricia M. Dubbert, PhD, and
William C. Cushman, MD, FACP. Controlled
Trial Of Aerobik Exercise In Hypertension. Download
from http://circ.ahajournals.org/, by guest on September 27, 2015.
Sharman JE, Stowasser M. Australian Association For
Exercise And Sports Science Position
Statement On Exercise And Hypertension. Journal of
Science and Medicine in Sport 2009;12:252-257.
Ismanto I. Hubungan Olahraga Terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (Naskah
Publikasi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Syatria A. Pengaruh Olahraga Terhadap Tekanan Darah
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Basket (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro, 2006.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
Indonesia:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
0 komentar:
Posting Komentar