Definisi
Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama sebabkan oleh Shigella sp., dan memerlukan antibiotik untuk pengobatan. Disentri lebih lama sembuh dari diare akut cair dan dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan pertumbuhan dan risiko kematian.
Etiologi
- Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella, khususnya S. flexneri dan S. dysenteriae tipe 1;
- Penyebab lainnya, antara lain Yersinia enterocolica, Campylobacter jejuni (terutama pada bayi), Salmonella sp., Eschericia coli enteroinvasif (jarang, tetapi berat), Entamoeba histolytica (jarang pada balita), serta amuba;
- Penyebab non-infeksi, antara lain invaginasi (gejala dominan lendir dan darah, kesakitan dan gelisah, massa intraabdominal dan muntah), alergi susu sapi, gangguan hematologi seperti defisiensi vitamin K, dan kelainan imunologis (Penyakit Crohn, kolitis ulseratif).
Diagnosis
Manifestasi Klinis
BAB yang cair, frekuensi sering, dan disertai darah yang dapat dilihat dengan jelas. Feses hitam atau darah mikroskopis menandakan darah pada saluran cerna atas dan bukan diare berdarah. Pada beberapa episode, pertama-tama tinja cair kemudian menjadi berdarah setelah 1-2 hari.
Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi diare akut, seperti dehidrasi, gangguan pencernaan, dan kekurangan zat gizi.
Pemeriksaan Penunjang
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi trofozoit pada amuba dan Giardia sp.
Tata Laksana
1. Terapi Medikamentosa
- Antibiotik. Semua diare berdarah diobati sebagai shigellosis dan diberikan kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/KgBB dan sulfametoksasol 20 mg/KgBB PO dua kali sehari), bila di daerah tersebut masih sensitif. Jika dalam dua hari tidak membaik ganti antibiotik, yang sensitif terhadap Shigella sp. antara lain sefiksim (8 mg/KgBB PO selama 5 hari dosis tunggal) dan asam nalidiksat (55 mg/KgBB/hari terbagi 4 dosis untuk dosis awal, dilanjutkan 33 mg/ KgBB/hari terbagi 4 dosis lanjutan);
- Apabila terdapat amuba vegetatif pada pemeriksaan tinja, berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/KgBB dibagi tiga dosis selama 5 hari;
- Jangan berikan Obat simtomatis untuk keluhan nyeri perut, nyeri anus, maupun untuk mengurangi frekuensi BAB karena dapat memperburuk kondisi. Obat-obat tersebut bukti bermanfaat dalam mencegah dehidrasi maupun memperbaiki status gizi, sebaliknya berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya hingga fatal;
- Sebagaimana diare akut, tangani dehidrasi, lanjutkan pemberian makan, dan berikan Zink;
- Pemantuaan ketat selama 24-48 jam. Evaluasi tanda perbaikan (demam hilang, BAB berkurang, nafsu makan meningkat), jika tidak membaik periksa ulang feses (kultur dan tes sensitivitas jika memungkinkan).
2. Terapi Non-medikamentosa
Lanjutkan pemberian makan. Pada anak usia <6 bulan, pemberian ASI diberikan lebih dari frekuensi biasanya, bila memungkinkan. Pada anak usia 26 bulan, berikan makanan yang biasa diberikan, atau biarkan anak memilih makanan yang disukai.
Indikasi Rawat Inap
Anak dengan gizi buruk, bayi muda (<2 bulan), keracunan, letargis, perut kembung dan nyeri tekan, kejang, risiko sepsis. Selebihnya dapat menjalani rawat jalan.
Komplikasi
Perforasi usus, megakolon toksik, kekurangan kalium, demam tinggi, prolaps rekti, kejang, sindrom hemolitik-uremik, serta hiponatremi berkepanjangan.
Referensi
1. Wyllie R. Clinical manifestations of gastrointestinal disease. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE, penyunting. Nelson's textbook of pediatrics. Edisi ke- 19. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
3. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta: WHO; 2009.
4. Sastroasmoro S, penyunting. Panduan pelayanan medis departemen kesehatan anak RSCM. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2007.
5. Kadim M. Disentri. Divisi Gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar