Rabu, 04 November 2015

MUNTAH


Definisi 
Muntah berarti dikeluarkannya isi lambung secara ekspulsif melalui mulut dengan kontraksi otot dinding perut. Muntah pada bayi terutama harus dibedakan dengan regurgitasi, yaitu pengeluaran isi lambung secara ekspulsi tanpa kekuatan. 
Istilah lain yang berkaitan muntah adalah refluks gastroesofageal, yaitu kembalinya isi Iambung ke esofagus secara pasif akibat hipotoni sfingter 
esofagus, posisi abnormal sambungan esofaguskardia, atau lambatnya pengosongan isi Iambung. Jika isi lambung tersebut dikeluarkan dari mulut, maka disebut regurgitasi. Makanan yang diregurgitasi, kemudian dikunyah atau ditelan kembali disebut dengan ruminasi. 

Patogenesis 
Proses muntah dikendalikan oleh pusat muntah di sistem saraf pusat dengan aktivasi impuls dari 
chemoreceptor trigger zone (CTZ) lewat nervus vagus. 
Proses muntah terjadi dalam tiga tahap: nausea, retching, dan emesis. Nausea adalah sensasi ingin muntah akibat berbagai stimulus, ditandai rasa mual, gerakan peristaltik aktif berhenti, tekanan fundus dan korpus menurun, sedangkan di antrum-pars desenden duodenum tekanan akan meningkat. Lalu pada fase retching terjadi inspirasi dalam dengan gerakan otot napas spasmodik diikuti kontraksi otot perut dan diafragma, serta relaksasi sfingter esofagus bawah. 
Kemudian pada fase emesis, perubahan tekanan intratoraks menjadi positif dan sfingter esofagus akan relaksasi sehingga isi Iambung keluar dari mulut. 

Etiologi 
Penyebab tersering muntah pada anak ialah keadaan refluks, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Secara praktis, berdasarkan usia, etiologi muntah dapat dilihat pada Tabel. 

Tabel: Etiologi muntah pada anak berdasarkan usia
Manifestasi Klinis 
  • Anamnesis 
    • Usia anak, dapat membantu diferensial diagnosis (lihat Tabel); 
    • Pola mual/muntah: akut (episode pendek dan tiba-tiba), kronis (episode ringan dan sering, bulan; siklik (berulang, episode berat, diselingi periode asimtomatis); 
    • Awitan muntah dan riwayat: sejak lahir dan dengan riwayat keterlambatan mekonium (Morbus Hirschsprung), riwayat hidramnion (atresia esofagus); 
    • Pemicu muntah: bila muntah segera setelah makanan masuk mulut, pikirkan infeksi. Bila selalu terjadi pada keadaan tertentu, pikirkan psikogenik; 
    • Gejala penyerta: bila didahului nyeri perut dan 
    • kembung, pikirkan obstruksi saluran cerna. 
  • Pemeriksaan Fisis 


    1. Mulut: cari tanda infeksi, bercak putih (kandidosis oral), hipersalivasi (atresia esofagus); 
    2. Perut: gerakan peristaltik Iambung segera setelah minum (stenosis pilorus hipertrofik), distensi perut disertai ampula kolaps (morbus Hirschsprung), distensi perut dan bising usus meningkat di proksimal menurun di distal (obstruksi saluran cerna); 
    3. Anus: eritema perianal (intoleransi laktosa). 

  • Pemeriksaan Penunjang 

Laboratorium: kultur, darah, urin, C-reactive protein (CRP), analisis gas darah, kadar amonia, elektrolit, urinalisis (kecurigaan ISK) amilase dan lipase (kecurigaan pankreatitis), bilirubin dan SGOT/SGPT (kecurigaan hepatitis), cairan serebrospinal (kecurigaan infeksi intrakranial);
Radiologis (kasus bedah): Roentgen abdomen foto abdomen dengan kontras, USG, barium enema (kecurigaan morbus Hirschsprung); 
• Endoskopi (kecurigaan gastritis/ulkus). 

Tata Laksana 
  • Atasi keadaan dehidrasi dan kelainan metabolik akibat muntah; 
  • Cari penyebab muntah, konsultasi ke Departemen bedah jika ada kelainan organik; 
  • Atasi infeksi yang ada; 
  • Berikan dukungan nutrisi; 
  • Terapi medikamentosa, diberikan pada kasus muntah berlebihan, antara lain: 

    • Domperidon 0,25 mg/KgBB PO, 3 kali sehari, atau 
    • Prometazin 0,25-1 mg/KgBB PO, 4 kali sehari, bila perlu, atau 
    • Ondansetron O, 1 mg/KgBB IV, bila perlu, atau 
    • Dimenhidrinat 1,25 mg/KgBB IV, 4 kali sehari, atau
    • Namun, waspadai efek samping ekstrapiramidal dan sindrom Reye. 
  • Edukasi: pemberian minuman bertahap dengan cara yang benar, hindari makanan padat pada 6 jam pertama, berikan rasa nyaman (berbaring, turunkan suhu tubuh), hindari aktivitas berlebihan setelah makan. 
Komplikasi dan Indikasi Rawat Inap 
Dehidrasi, gangguan metabolik, gangguan elektrolit. 

Referensi
  1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra El), Harmoniati ED, penyunting. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Bacaan Penerbit IDAI: 011.VVorld Health Organization (WHO), Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi umah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota 
  2. Sastroasmoro S, penyunting. Panduan pelayanan artemen kesehatan anak RSCM. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2007. 


0 komentar:

Posting Komentar